Karakter Sahabat
Kalau dekat jangan menjilat
Kalau menolong jangan menggonggong
Kalau baik jangan menyekik
Hidup tidak sepanjang itu, kawan.
Tulisan di atas mungkin pernah Anda jumpai di kaos yang dipakai anak-anak muda sekarang atau di badan mobil-mobil angkutan. Sekilas hal itu hanyalah sebuah ungkapan sehari-hari. Tapi, jika berkali-kali dibaca dan direnungkan maknanya akan terasa sangat dalam.
Seringkali, manusia menjalin hubungan dekat dengan seseorang disertai bermacam alasan. Rekan bisnis, rekan kerja, rekan sepelayanan di gereja yang sama, kenal sejak kecil, satu daerah tempat tinggal, atau lainnya. Hingga akhirnya, ketika seseorang ditanya tentang sahabat baiknya, dia mungkin hanya akan menjawab satu atau dua orang saja dari sekian banyak kenalannya. Hal itu terjadi karena setiap orang sebenarnya memahami makna dari kata sahabat namun tidak bisa menerapkan makna tersebut dalam kehidupannya.
Sahabat adalah seseorang yang selalu ada untuk kita. Seseorang yang keberadaannya bisa lebih dekat daripada saudara sendiri. Seseorang yang selalu bisa membuat kita menemukan jalan keluar dari permasalahan kita. Seseorang yang mungkin tidak selalu bersama, mungkin tidak terlalu lama dikenal, tapi bisa menanamkan pengaruh positif pada diri kita. Seseorang yang benar-benar memahami kita tanpa harus dengan kata-kata. Itulah makna sahabat yang membuat seseorang sulit untuk menemukannya di antara sekian banyak kenalannya.
Seseorang yang kesulitan menemukan sahabat bukan berarti dia tidak memiliki sahabat. Hanya, dia tidak menyadarinya. Ketidaksadaran itu karena seseorang selalu memiliki harapan di dalam setiap hubungannya dengan orang lain. Ketika dia memberi, dia mengharapkan imbalan. Setidaknya, dia ingin pemberiannya diingat atau dibicarakan. Ketika dia menolong, dia mengharapkan pertolongan selanjutnya. Setidaknya, dia ingin apa yang dia lakukan akan membuatnya mendapat perlakuan yang sama oleh orang yang sama.
Kita tidak pernah benar-benar menyadari bahwa hukum ‘tabur tuai’ tidak berlaku selalu pada setiap orang. Kebaikan yang kita beri, tidak akan selalu dibalas dengan cara dan hal yang sama. Karena sesungguhnya, seseorang memiliki kemampuan yang berbeda-beda sehingga besar kecilnya imbalan yang diterima tidak akan pernah sama dalam sudut pandang masing-masing manusia.
Satu-satunya kunci untuk dapat menemukan sahabat dan menjadi seorang sahabat adalah mendewasakan karakter diri. Karakter yang berintegritas bukan hanya dalam pekerjaan, tapi juga personal diri. Alkitab mengajari kita untuk bisa menjadi serupa dengan karakter Bapa, sahabat yang tidak pernah menyakiti bahkan saat kita menyakiti-Nya.
Kita perlu belajar bahwa seorang sahabat bukan tentang kebersamaan, bukan tentang kebaikan, dan bukan tentang kebahagiaan saja. Seorang sahabat lebih pada saling memahami, menegur walau kadang harus disertai pertengkaran, saat melakukan kesalahan rasa sakitnya akan sangat dalam, namun dia akan lebih duluan hadir saat kita kesulitan, dia akan bisa menyadarkan kita akan kesalahan dan kelalaian kita. Karena itu, terkadang kita dikejutkan oleh kehadiran seseorang yang tidak pernah kita perhitungkan dalam kategori sahabat.
Karakter penuh kasih membawa kita memahami ketulusan sehingga tidak perlu menunggu imbalan untuk mencari tahu siapa sahabat kita. Tidak perlu memaksakan diri untuk berbicara manis dan menghindari pertengkaran hanya karena tidak ingin ada perselisihan. Tidak perlu menunggu pertolongan dari orang yang sama, karena akan hadir sahabat lainnya untuk kita. Tidak perlu merasa terluka karena kita memahami apa yang dia lakukan.
Maka, jadilah orang yang tulus dan berkarakter penuh kasih. Anda akan bisa menjadi seorang sahabat yang dihargai oleh para sahabat Anda juga.
Oleh Hariya Oktaviany
Guru SMP Kristen Makedonia