“Bhineka Tunggal Ika.” Kalimat ini merupakan kutipan dari sebuah kakawin Sutasoma, karangan Mpu Tantular semasa kerajaan Majapahit sekitar abad ke-14. Kakawin ini istimewa karena mengajarkan toleransi antara umat Hindu Siwa dengan umat Budha. Kita tidak perlu panjang lebar menjelaskan asal muasal sejarah dari kalimat itu.
Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan. Sederhananya adalah berbeda-beda, namun tetap satu.
Bhineka Tunggal Ika berisi konsep multikulturalistik dalam kehidupan yang terikat dalam suatu kesatuan. Untuk itulah, aktualisasi pemahaman nilai-nilai Bhineka Tunggal Ika yang tercantum dalam pancasila sebagai filsafat dan pandangan hidup bangsa perlu dipahami dan dikembangkan serta diimplementasikan dalam berinteraksi sosial yang mencerminkan tanggung jawab terhadap pola sikap dan tindakan yang saling menghormati dan saling menghargai satu sama lain.
Materi Bhineka Tunggal Ika dipelajari di kelas 4 sekolah dasar yang tercantum di dalam Kompetensi Dasar (KD) 2.3. Bersikap toleran dalam keberagaman umat beragama di masyarakat dalam konteks Bhineka Tunggal Ika. Toleransi dalam konteks kehidupan berbangsa dengan menanamkan kepada siswa sikap saling menghargai yang dimulai dari keluarga, lingkungan sekolah dan interaksi sosial di lingkungan masyarakat melalui pembelajaran yang bersifat aktual dan subyektif dengan melibatkan siswa mempraktikkan nilai-nilai tersebut dengan kegiatan pembelajaran berbasis proyek kelas. Kegiatan yang dilaksanakan oleh kelas 4 (empat) dan 5 (lima), diprakarsai oleh ibu Paruliana Mayasari Hutapea, S.Pd, B.Sc sebagai wali kelas 4 dan ibu Irene Khristyani Suyono, S.Pd, B.Sc wali kelas 5 Sekolah Dasar Kristen (SDK) Makedonia, menciptakan tarian-tarian dari berbagai macam budaya daerah di Indonesia, puisi dan fashion show. Disaksikan oleh guru-guru SDK, orangtua siswa dan dimeriahkan oleh siswa siswi kelas 1 (satu) sampai 3 (tiga) yang ikut berpartisipasi membentuk sebuah proyek kelas dalam rangka kegiatan Ulangan Akhir Semester Genap yang mencangkup beberapa mata pelajaran yaitu PKn (pendidikan kewarganegaraan), IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) dan SBK (Seni Budaya Ketrampilan).
Matius, S.MG.
Guru Mata Pelajaran Agama SDK Makedonia.