Pola asuh orang tua memiliki peranan yang sangat penting dalam pembentukan karakter seorang anak saat ia memasuki lembaga terkecil di masyarakat yaitu keluarga. Ibarat kata pepatah “pohon dikenal dari buahnya”, demikianlah seorang anak menggambarkan karakter orang tuanya dalam menjalankan kehidupannya setiap hari. Namun, tidak dapat kita katakan bahwa sepenuhnya karakter anak dipengaruhi oleh orang tua. Dipelajaran Sosiologi sendiri pembentukan karakter anak tidak hanya dipengaruhi oleh keluarga, namun juga teman sebaya, sekolah, lingkungan masyarakat, dan media massa. Dengan adanya pengaruh yang beragam ini, setiap peserta didik membawa karakter yang berbeda-beda ketika masuk ke asrama.
Fenomena yang seringkali ditemukan ketika peserta didik masuk ke asrama berupa ketidaktertiban dalam mengantri mandi, makan, dan mengambil air. Fenomena lainnya berupa ketidakdisiplinan dalam menggunakan waktu dan alat-alat asrama serta peralatan pribadi sehingga ada peserta didik baru yang menangis ketika peralatan pribadinya hilang atau tercecer karena tidak disimpan dengan baik. Dampak dari kesenjangan antara idealisme dan realita yang dihadapi peserta didik di asrama mengakibatkan beberapa dari peserta didik merasa tertekan hingga menangis ketika menemukan kondisi di asrama tidak sama seperti di rumah. Peraturan yang ada di asrama dianggap oleh peserta didik “mengekang” kebebasan peserta didik melakukan banyak hal seperti di rumah. Contohnya tidak boleh makan di dalam kamar dan tidak boleh membawa makanan melampaui kapasitas loker makanan. Peraturan yang dibuat oleh pihak asrama bertujuan agar peserta didik tidak hanya sekedar taat dan takut mendapatkan poin saja, namun membentuk karakter peserta didik dan menjadi gaya hidup peserta didik tidak hanya di asrama, tetapi juga di sekolah, rumah, dan lingkungan sekitarnya.
Dalam membentuk karakter peserta didik, diperlukan kerja sama antara wali asrama, guru, dan orang tua. Langkah-langkah yang saya lakukan sebagai wali asrama dalam pembentukan karakter peserta didik antara lain:
- Menjelaskan pentingnya sikap taat
Ketaatan adalah sikap tunduk kepada wewenang, menjalankan apa yang diperintahkan, mematuhi apa yang dituntut, atau menjauhkan diri dari apa yang dilarang. Ketika sikap ini sudah tumbuh dan menjadi kebiasaan dalam diri anak, maka tanpa ada aturan pun anak-anak akan sadar mana yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan, tidak hanya di asrama namun juga di luar lingkungan asrama.
- Menjadikan aturan bukan sebagai pengekang, melainkan alat bantu untuk menumbuh kembangkan karakter yang dicita-citakan
Poin ini berkaitan erat dengan sikap taat. Karakter yang kuat dan positif akan menghadirkan kesejahteraan pada pribadi yang memiliki karakter tersebut. Walaupun peraturan yang sudah ditetapkan sangatlah sulit, namun anak akan merasakan dampak yang positif dikemudian hari.
- Tanamkan sikap inisiatif
Ketika anak memiliki sikap inisiatif dalam dirinya, menandakan anak punya self smart. Self smart merupakan kemampuan dalam mengelola diri, sehingga anak dapat mengenali, mengendalikan, lalu mengekspresikan emosinya. Dengan pengendalian diri yang baik, anak-anak bisa mengerjakan apa yang harus dikerjakan tanpa disuruh oleh wali asramanya. Contoh dalam merapikan tempat tidur sendiri.
- Pembinaan secara berkelanjutan
Wali asrama tidak cukup hanya menegur, tetapi diperlukan pembinaan secara berkelanjutan dengan melihat proses perubahan dari anak yang dibina.
- Menjadi role model
Wali asrama dan peserta didik harus memiliki interaksi yang intens di asrama. Sederhananya saja, ketika piket besar asrama, wali asrama ikut terjun langsung berinteraksi dengan anak membersihkan asrama. Tidak hanya memberikan intruksi tetapi turut memberikan contoh dalam bekerja.
Dengan demikian, pembentukan karakter anak memerlukan kontribusi antara orang tua, pihak sekolah, asrama, dan lingkungan masyarakat. Komunikasi antar semua pihak menjadi hal yang sangat penting dalam pembentukan karakter anak. Ketika di sekolah , guru mengambil peranan penting untuk menyelaraskan aturan yang diterima di asrama. Dan di rumahpun, orang tuabisa bekerja sama agar anak dapat menerapkan apa yang didapatkan di asrama. Sehingga saat anak memasuki lingkungan masyarakat yang lebih luas, anak diharapkan sudah mampu untuk mandiri dalam menyelesaikan tantangan yang ada.
Hal terpenting yang perlu kita ingat adalah manusia hanya dapat mengusahakan pembentukan karakter seorang anak melalui motivasi, teguran, dan dukungan. Sedangkan karakter yang sejati hanya dapat terbentuk oleh pertolongan Tuhan yaitu karakter seorang Kristen yang seperti Kristus, sebagaimana disampaikan Paulus dalam 1 Korintus 3:6 “Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan”.
Merrysna Nadeak, S.Pd., B.Ed
Wali Asrama Putri SMP & Guru IPS SMP