Di rumah, mungkin orangtua menganggap bermain itu hal biasa karena dia masih anak-anak, namun beda dengan di sekolah karena bermain di sekolah merupakan hal yang penting bagi Pendidikan Usia Dini, sebab manfaatnya ialah untuk menggali potensi yang ada di dalam diri anak. Misalnya anak bermain lempar dan tangkap bola, manfaatnya, anak sedang dilatih motoriknya dan lain sebagainya tergantung kreatif guru di sekolah.
Bermain, sesuatu kegiatan yang tidak membosankan dikalangan anak-anak Usia Dini. Apabila mereka belum merasa lelah, maka mereka belum mau istrahat, itulah kalimat si anak jika disuruh berhenti bermain. Bermain, bukan main-main karena kalau bermain ada pembelajaran yang bisa dipelajari di dalamnya sedangkan main-main kebanyakan anak hanya menghabiskan waktu semaunya dan apa yang dia mau dia buat sesukanya. Misalnya bermain dengan teman sebaya dia tanpa ditemani oleh guru atau orangtua, sehingga kegiatan yang mereka buat kurang efektif untuk membentuk kepribadian mereka.
Bermain di bangku sekolah Pendidikan Usia Dini sangat penting sifatnya. Karena ada pembelajaran di dalamnya. sebuah media pendekatan bagi anak-anak PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) di saat gurunya mengajak bermain. Bagaimana dengan gurunya, ternyata guru juga harus proaktif untuk membawa mereka bermain. Istilah yang sering muncul dalam pembelajaran PAUD “bermain sambil belajar” dengan bermain bersama guru, maka guru telah mengkomunikasikan pengetahuan kepada anak-anak didik (PAUD) secara tidak langsung.
Kitab Injil Mat. 19:13-15; Mar. 10:13-16 ; Luk. 18:15-17. Ketiga kitab Injil ini, melaporkan kepada setiap kita yang membacanya, bahwa Tuhan Yesus memakai media, langsung anak-anak kecil untuk menjelaskan kerajaan Allah. Mengapa bukan orangtua? Tentu beda jauh. Anak kecil mudah diarahkan, anak kecil membutuhkan rangkulan, anak kecil membutuhkan kasih sayang. Bukankah banyak orangtua yang tidak sadar bahwa kebutuhan anak, bukan hanya tercukpinya kebutuhan finansial, namun anak membutuhkan kasih sayang.
Ketika murid-murid-Nya memarahi orang yang membawa anak-anak kepada Tuhan Yesus. (Mar. 10:14) Dia meresponi dengan sebuah nada kemarahan. Dan berkata “Biarkan anak-anak itu datang kepadaKu, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itu yang empunya kerajaan Allah. Saya kira saat itu, ini kalimat yang sangat menggentarkan hati murid-murid-Nya karena beda pandangan. lantaran anak-anak kecil dibawa kepada Yesus.
Apa yang sedang dipikirkan murid-Nya tentang anak-anak kecil? Sungguh tidak terpuji pemikiran murid-murid-Nya menganggap anak kecil tidak ada nilai, tidak masuk hitungan, bahkan tidak penting. Bukankah kadang-kadang orangtua yang berpandangan seperti murid-murid-Nya dan mungkin ada sebagian guru yang berpikir seperti murid-murid-Nya, yang menganggap anak kecil tidak tahu apa-apa?
Hal ini memberi pelajaran untuk kita sebagai pendidik, guru ataupun orang tua yang memiliki anak yang masih berada dalam kategori usia dini, bahwa keseriusan melayani anak-anak adalah hal penting yang harus dikerjakan sebagai seorang guru di sekolah atau orang tua di rumah. Tentu dalam hal ini daya upaya harus kita curahkan, namun yang mengerjakan di dalam diri anak adalah Roh Kudus, upaya kita tentu tidak sia-sia asal kita melakukanya dengan hati, sekalipun memusingkan kepala menghadapi mereka yang bermacam karakter, yang suka bermain, teriak, lari ke sana kemari, dll. Anak Usia Dini wajar untuk selalu bermain. Biarkan mereka aktif dalam bermain tapi dituntut seorang guru dan orang tua yang kreatif yang mengarahkan mereka untuk bermain sebagai pembelajaran dalam menggali potensi yang mereka miliki demi masa depan mereka. Tuhan Yesus memberkati.
Pdt. Arosokhi Laoli
Guru PAUD Kristen Makedonia, Tubang Raeng